Gunung Semeru

Gunung Semeru tampak di kejauhan. Sumber foto: id.wikipedia.org

Gunung Semeru berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS). Kawasan hutan di TNBTS ini mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai Hutan Wisata, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi. Kawasan ini didominasi hutan dan gunung. Ada juga danau, antara lain Ranu Pane, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan. Secara administratif kawasan TNBTS terletak dalam 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu: Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun domestik, terutama kawasan Bromo, sedangkan para pendaki lebih suka melakukan pendakian ke Gunung Semeru.

Pendakian ini dilakukan pada pertengahan tahun 1990, ketika liburan sekolah dimulai setelah penerimaan rapor kenaikan kelas, ke kelas 2 SMA. Gunung Semeru sebagai gunung tertinggi di pulau Jawa, menjadi tujuan pendakian bagi Exispal kala itu dikarenakan waktu liburan yang cukup panjang, bisa dimanfaatkan untuk pendakian gunung yang makan waktu beberapa hari. Selain jarak yang cukup jauh dari kota Jakarta, yaitu berada di daerah Malang, Jawa Timur, untuk sampai ke puncak Semeru diperlukan waktu lebih dari satu hari, terlebih lagi ada beberapa anak perempuan yang juga ikut dalam pendakian tersebut yaitu Sulistiawati dan Irawati, yang mana pendakian ini dipimpin oleh sang ketua Exispal sendiri yaitu Gita Sutikna.

Gunung Semeru dengan ketinggian 3676 mdpl (meter di atas permukaan laut) secara administratif terletak antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Dilihat dari kejauhan, gunung tersebut berbentuk kerucut sempurna, dengan puncak berbentuk kubah yang luas dengan medan berpasir.

Jalur Ranu Pani
Ada beberapa jalur pendakian untuk menuju ke Puncak Semeru, antara lain jalur Ranu Pani, jalur Ayak-ayak, dan jalur Watu Pecah. Jalur yang paling banyak digunakan adalah jalur Ranu Pani.
Untuk mencapai Ranu Pani, dari Malang naik bus menuju Tumpang, kira-kira menempuh waktu 30 menit. Perjalanan dilanjutkan menuju Ranu Pani dengan jeep selama kira-kira 2 jam, dan akan melewati desa Gubugklakah. Di sini para pendaki mengurus perijinan di kantor PHPA. Selepasnya kita akan menikmati pemandangan indah. Puncak Bromo tampak dari kejauhan, dikelilingi oleh lautan pasir (Segara Wedi). Ranu Pani merupakan nama sebuah desa dan sekaligus danau yang terletak di kaki Gunung Semeru. Di desa tersebut terdapat pos pemeriksaan pendaki gunung. Di sini tersedia pusat informasi, pondok pendakian, pondok penelitian, kantor resort, dan bangunan pengelola. Di tempat tersebut kita dapat menikmati pemandangan danau Ranu Pani dan di balik bukit terdapat danau Ranu Regulo.

Pendakian Semeru dimulai dari Base Camp 24 (eh, salah, Base Camp Ranu Pane maksudnya), menuju Watu Rejeng yang dapat ditempuh selama kira-kira 3 jam, melalui medan yang relatif landai. Biasanya setelah menginap semalam di Ranu Pane, para pendaki memulai pendakian pada pagi buta, sekitar jam 5 subuh. Setelah sampai di Watu Rejeng, berisitirahat sejenak. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Ranu Kumbolo dengan waktu tempuh kira-kira 3 jam juga. Setelah danau itu terlihat, untuk menuju Pondok Ranu Kumbolo, kita harus mengelilingi hampir sepertiga keliling danau. Dari pinggir danau Ranu Kumbolo kita dapat memotret danau dengan background sunrise yang diapit oleh dua bukit. Di Ranu Kumbolo terdapat pondok pendaki, MCK, maupun camping site.

Tak jauh dari Ranu Kumbolo terdapat kawasan padang rumput, yaitu lembah Gunung Ayak-ayak. Savana tersebut mirip dengan padang penggembalaan ternak sehingga dinamakan Savana Pangonan Cilik. Kawasan tersebut merupakan tanah lapang yang relatif datar di tengah-tengah kawasan yang dikelilingi oleh bukit-bukit gundul dengan rumput sebagai tipe ekosistem asli. Pemandangan di Ranu Kumbolo sungguh asyik, kebanyakan para pendaki akan menginap di tempat ini 1 hari, mengisi air untuk perjalanan selanjutnya (kira-kira 5 atau 6 liter), sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kalimati.

Setelah menginap satu malam, setelah sarapan pagi dan menjelang siang, perjalanan selanjutnya dilanjutkan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati, yang dapat ditempuh selama kira-kira 5 jam. Perjalanan melewati Tanjakan Cinta, tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Mengenai Tanjakan Cinta, terdapat mitos, “Jika dapat melalui tanjakan tersebut tanpa beristirahat sedikitpun maka perjalanan cintanya akan lancar.” Ternyata banyak pendaki yang gagal melalui tanjakan tersebut tanpa beristirahat. Tanjakan cinta merupakan jalur yang terjal sejauh kira-kira 200 m. Setelah melalui Tanjakan Cinta, jalur selanjutnya adalah berupa turunan melalui Savana Oro-Oro Ombo. Savana tersebut merupakan pada rumput seluas kira-kira 100 Ha, berada di sebuah lembah yang dikelilingi oleh bukit-bukit gundul dengan tipe ekosistem yang didominasi rumput. Padang ini mirip mangkuk dengan hamparan rumput berwarna kuning kehijauan. Pemandangannya sangat indah sekali. Pada musim hujan di padang tersebut banyak terdapat genangan air.

Setelah Savana, kita akan melalui kawasan hutan Cemoro Kandang yang ditumbuhi pohon cemara dan tumbuhan paku-pakuan. Jalur pendakian relatif datar, terletak di sebelah selatan Savana Oro-Oro Ombo. Setelah meninggalkan hutan Cemoro Kandang, kita akan menemukan daerah Savana Jambangan, sebuah padang rumput yang diselilingi tumbuhan cemara, dan Edelweiss. Savana ini sangat ideal untuk tempat beristirahat sejenak karena relatif datar. Dari tempat ini kita dapat melihat Puncak Mahameru yang terus mengeluarkan dentuman hampir kira-kira setiap 30 menit. Dentuman tersebut sering terdengar dari savana ini, diikuti jatuhnya sisa-sisa abu dan pasir.

Di Kalimati, terdapat pondok peristirahatan. Di sini kita dapat menikmati pemandangan padang rumput, tumbuhan semak dan hamparan edelweiss. Kalimati merupakan nama sungai yang sudah tidak dialiri air lagi. Di tempat ini terdapat mata air untuk mengisi perbekalan air kita. Untuk menuju tempat tersebut kita harus berjalan ke arah Barat atau sebelah kanan dari Kalimati. Mata air tersebut merupakan mata air temporer, tidak selalu ada air, itu sebabnya kita harus memenuhi tempat air kita dari Ranu Kumbolo, karena dikhawatirkan sudah tidak ada lagi mata air hingga ke puncak Mahameru. Di Kalimati, hawanya sangat dingin sekali, dan terkadang turun salju disini.

Puncak Semeru difoto dari pos Kalimati

Setelah beristirahat sejenak, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Arcopodo (2900 m dpl), dapat ditempuh kira-kira selama 1 jam lebih. Kalimati merupakan tempat terakhir medan landai, karena dari Kalimati menuju Puncak Mahameru harus melalui medan yang menanjak. Arcopodo terletak diantara Kalimati dengan Puncak Mahameru. Di Arcopodo semua pendaki akan mendirikan tenda untuk bermalam, sebelum perjalanan menuju puncak pada pagi buta, agar bisa mencapai puncak pada pagi-pagi sekali untuk menikmati sunrise.

Setelah cukup beristirahat malam, pada pagi-pagi buta semua bersiap-siap untuk melanjutkan pendakian. Setelah sarapan pagi, kira-kira jam 3 pagi, perjalanan dilanjutkan menuju puncak. Setelah berjalan kira-kira selama 2 jam melewati hutan, untuk mencapai puncak Mahameru harus melewati tanjakan berpasir kira-kira selama 2 sampai 3 jam.

Selepas Arcopodo, menuju Puncak Semeru

Tanjakan berpasir menuju puncak Semeru

Dari Puncak Mahameru kita dapat menikmati matahari terbit (sunrise), pemandangan Gunung Bromo di antara lautan pasir (Segara Wedi), melihat letusan vulkanik setiap 30 menit dari Kawah Jonggring Seloka. Dari puncak itu kita juga dapat menikmati pemandangan kota Malang, Gunung Tengger, garis pesisir pantai Samudera Hindia dan Pengunungan Argopuro. Pemandangan yang benar-benar sangat indah.

Nama Semeru berasal dari kata meru yang berarti gunung. Dahulu gunung ini bernama Gunung Meru dan kemudian berubah menjadi Gunung Semeru. Puncaknya, yaitu Mahameru, berasal dari kata Maha yang berarti tertinggi atau terbesar dan meru yang berarti gunung, sehingga Mahameru berarti gunung tertinggi atau tempat tertinggi dari Gunung Meru.

Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, tidak pada musim hujan. Bulan Desember merupakan cuaca terburuk di Gunung Semeru. Sering terjadi badai dan tanah longsor, sehingga pada bulan Desember, Gunung Semeru sering ditutup untuk pendakian (Gunung sebesar itu ditutupnya pake apa ya..?). :-)

Di Gunung Semeru, pendaki disarankan untuk tidak menuju Kawah Jonggring Seloka. Juga dilarang untuk mendaki dari sisi Selatan, karena adanya bahaya gas beracun. Para pendaki setelah mencapai Puncak Mahameru diwajibkan segera turun kembali sebelum jam 10 pagi, dikarenakan adanya bahaya gas beracun setelah jam tersebut.


Leave a Reply