Virus Corona Mulai Menghantui Pariwisata Di Indonesia

Bali1

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Bapak Wishnutama, menjelaskan bahwa pemerintah mengambil strategi agar bisa tetap meningkatkan pariwisata di tengah maraknya penyebaran Covid-19, yang menjadi lintas negara. Dalam konfrensi pers nya mengatakan, bahwa dengan adanya insentif pariwisata sebesar 298 miliar yang ibu Menteri Keuangan, yaitu Ibu Sri Mulyani sampaikan, akan memberikan dampak untuk mengakselerasi atau menarik wisatawan sebesar 736 ribu, yang akan difokuskan ke pasar-pasar lain selain Cina, yaitu negara-negara seperti Australia, Amerika, Eropa, dan sebagainya, yang mempunyai spending sangat besar di Indonesia, per arrival-nya atau ASPA-nya kurang lebih kita targetkan yang ASPA-nya atau Avarage Spending Per Arrival-nya di atas 1700 USD per unjungan. Sehingga akan punya dampak ekonomi yang besar untuk Indonesia, demikian penjelasan dari Bapak Wishnutama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Para pengamat pariwisata mengatakan bahwa, dari data Gubernur Bank Indonesia, hitung-hitungannya penurunan devisa pariwisata, bisa mencapai 1,3 miliar USD. Apalagi sudah ada penutupan penerbangan ke luar negeri, salah satunya dari Bali ke Tiongkok. Karena itu, tadi sudah ada sejumlah insentif atau stimulus yang akan dilakukan, dikabarkan juga bahwa harga tiket sudah mulai viral, ada diskon 50%, kemudian berbagai hal yang berkaitan dengan pariwisata. Ini mungkin mulai berdampak ke sejumlah tempat wisata favorit, di antara nya adalah pulau Dewata, Bali. Seorang pengamat di bidang pariwisata, yang sedang ada di Denpasar, Bali, yang bernama Ade Mulya, mengatakan dalam pengamatannya mengenai keadaan di pulau Dewata, Bali, semenjak kasus virus Corona mulai menyerang Indonesia.

Ade Mulya mengamati tentang tingkat kunjungan wisatawan di pulau Dewata, Bali, setelah melakukan penelusuran ke sejumlah tempat-tempat favorit di Bali, menyimpulkan bahwa sebenarnya pariwisata Bali tidak terpuruk. Hal ini dia katakan untuk menepis anggapan banyak orang bahwa pariwisata Bali terpuruk imbas adanya virus Corona. Dia menambahkan bahwa, terjadinya penurunan angka wisatawan yang berkunjung ke Bali, itu benar, tapi kalau disebabkan karena adanya virus Corona, itu terlalu terburu-buru kalau mengatakan hal seperti itu. Karena memang periode low season biasanya terjadi antara awal tahun, di bulan Januari sampai akhir bulan Februari. Peak seasonnya nanti di bulan Juli, Agustus dan September.

Nah saat terjadinya low season, maka pariwisata di Bali ini diuntungkan oleh kehadiran wisatawan-wisatawan yang dari Tiongkok yang biasanya, mereka menghabiskan waktu liburan imlek. Nah, kalau kita bicara tadi, outstanding dari turis-turis Tiongkok, selama di Bali, menurut data, mereka mengeluarkan sekitar Rp. 9,7 juta per sekali datang. Dan sekali datang, mereka menghabiskan waktu sekitar 5 hari. Kalau data dari Bank Indonesia tahun 2017, mereka mengeluarkan uang sebesar 965 USD per sekali datang,sekitar Rp. 12 juta’an. Tapi itu bukan jumlah yang besar ternyata, bila dibandingkan dengan expenditor dari turis-turis yang datang dari Amerika Serikat dan Eropa. Sehingga kalau kita hitung-hitung secara ekonomi, dibilang terpuruk, ya tidak juga, tapi kalau menurun jumlah, memang benar. Kira-kira stimulus apa yang dibutuhkan dalam pariwisata di pulau Bali saat ini adalah, bagaimana mereplace 28 persen dari market share yang dikuasai turis Tiongkok ini, angkanya dikalikan saja dengan expenditor, sehingga uang yang tadi hilang itu, bisa digantikan dengan market yang lain.

Bali1

Parameter yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan wisatawan di Bali itu, adalah di keramaian di spot-spot atau kantong-kantong keramaian, seperti di wilayah Kuta, atau mungkin di Uluwatu. Untuk ukuran low season ini, memang terbilang sepi tapi kalau dibandingkan ketika terjadi gunung Agung meletus (erupsi) dulu, yaitu tahun 2017, waktu sangatlah menurun, sangat sepi. Sekarang pun memang agak sedikit sepi, tapi tidak terlalu, karena misalnya untuk kunjungan ke Taman Budaya GWK atau Garuda Wisnu Kencana, seringkali dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Sedangkan para turis Tiongkok ini, seringkali senang mengunjungi ke pulau Nusa Peninda dan pulau Nusa Lembongan. Sehingga perahu-perahu yang ke pulau Nusa Penida dan pulau Nusa Lembongan inilah yang melayani para wisatawan dari Tiongkok, dan akhirnya memang drop kegiatan wisatanya. Mengenai apakah para wisatawan yang datang ke pulau Bali ini mengenakan masker atau tidak, ternyata turis-turis di pulau Dewata, Bali, juga lumayan banyak yang mengenakan masker, itu terlihat saat baru tiba di bandara internasiona, I Gusti Ngurah Rai, mereka sudah memakai masker.

Bali3


Leave a Reply