Pulau Samosir

Danau Toba dan pulau Samosir yang tampak di kejauhan

Perjalanan ini diadakan pada bulan Februari 2015, ketika menemani ibuku yang sudah tua, pulang ke kampung halamannya di pulau Samosir, di tengah danau Toba, di propinsi Sumatera Utara yang beribukota Medan. Saya harus mengambil cuti selama 5 hari kerja untuk menemani ibuku, karena adik-adikku sedang tidak ada yang bisa ikut untuk menemani dan menjaga ibuku pulang kampung. Persisnya nama kampung halaman ibuku adalah Ambarita, kira-kira setengah jam dari Tomok, penyeberangan kapal di pulau Samosir.

Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba, di provinsi Sumatera Utara itu bisa dilalui lewat darat, laut dan udara. Bila dituju lewat darat dengan menggunakan bus, mobil ataupun motor dari pulau Jawa, kendaraan harus melewati penyeberangan kapal Ferry di Merak dan melanjutkan perjalanan setelah tiba di Bakauheni, Lampung. Perjalanan lewat darat menuju Danau Toba bisa dicapai kira-kira 45 jam perjalanan (belum termasuk waktu untuk beristirahat tentunya). Bila lewat laut, bisa menumpang kapal Pelni selama perjalanan kira-kira 2 hari untuk tiba di pelabuhan Belawan, kemudian melanjutkan perjalanan naik bus ke Danau Toba selama kira-kira 5 jam. Bila lewat udara, akan lebih cepat bisa tiba di Danau Toba, karena dalam waktu kira-kira 2 jam saja, kita sudah bisa tiba di Medan, ibukota Sumatera Utara, kemudian melanjutkan perjalanan naik bus ke Danau Toba selama kira-kira 5 jam, tapi dengan naik taxi yang sekarang banyak berupa mobil pribadi yang bisa memuat beberapa penumpang sekaligus, tiba di Danau Toba bisa lebih cepat.

Kami memilih jalur udara untuk ke kampung halaman ibuku di Ambarita, kira-kira setengah jam dari Tomok, salah satu penyeberangan kapal di pulau Samosir. Pulau Samosir cukup jauh dari bandara International di Medan, ibukota Sumatera Utara, kira-kira memakan waktu 5 jam untuk bisa tiba di kampung halaman ibuku. Saya dan ibuku mengambil penerbangan pertama dari Jakarta, agar bisa tiba di pulau Samosir sebelum matahari terbenam. Tidur tidak nyenyak adalah kebiasaan saya bila harus terbang dengan pesawat pertama, agar tidak tertinggal pesawat. :)

Kebiasaan tidur malam pada bulan itu, mulai muncul dikarenakan tempat kontrakan yang panas dan tidak berpenyejuk udara (AC/Air Conditioner). Kira-kira menjelang jam 12 malam, saya mulai mengantuk setelah membereskan bawaanku untuk dimasukkan ke dalam tas ransel. Sebelum tidur, saya coba menelpon untuk memesan taxi supaya bisa datang sekitar jam 3.30 pagi dan saya tidak repot-repot lagi mencari taxi pada saat itu nantinya. Untuk menjaga supaya tidak lewat waktu (saya mentargetkan bangun jam 3 pagi), saya tidur dengan posisi duduk, sehingga bisa sering terbangun dan bisa lihat jam berapa saat itu. :)

Saat terbangun sekitar jam 3.10, saya pun langsung beres-beres dan cuci muka dan kumur-kumur serta minum segelas air putih. Saya tidak mandi pagi itu, karena badan yang kurang fit akibat tidur hanya beberapa jam saat itu. Jadi saya mengganti baju saja, dan dilanjutkan dengan memeriksa bawaan, siapa tahu ada yang tertinggal. Tidak lama kemudian ada telpon dari supir taxi yang akan mengantar saya ke bandara. Dia memastikan alamat saya benar atau tidak, sekaligus memberitahu posisi dia dimana sekarang. Ternyata posisi dia sudah tepat ada di pinggir jalan bila saya keluar dari gang kontrakan saya di daerah Gondrong, dekat Ciledug, Tangerang. Ibu saya naik taxi dari daerah Kotabumi, Tangerang ditemani adikku untuk tiba di bandara dan bertemu dengan saya disana.

Setelah saya tiba di bandara dan bertemu dengan ibuku dan adikku, saya beristirahat sejenak. Beberapa menit kemudian setelah berbincang-bincang, saya dan ibu saya masuk melewati pintu pemeriksa tiket. Setelah memastikan semua persyaratan sudah beres, kami pun tiba di ruang tunggu pesawat. Ketika akan mendekati waktu untuk masuk ke pesawat, kami mendapat kabar bahwa pesawat kami ditunda keberangkatannya sekitar setengah jam.

Setengah jam waktu tunda pesawat pun selesai, dan kami beserta penumpang lain yang satu pesawat dengan kami, akhirnya dipersilahkan masuk. Saya langsung tidur di pesawat untuk membayar utang tidur saya, setelah buang air kecil terlebih dahulu di pesawat. Seperti biasanya, sekitar satu jam saya akan terbangun bisa tidur dalam posisi duduk. Dan ketika terbangun kedua kalinya, pesawat sudah siap untuk melakukan pendaratan, karena sudah dekat dengan bandara International Kualanamu, Medan. Langsung saya bersiap-siap (tidak lanjut tidur lagi). 😀

Setelah kami mendarat dan mengambil barang-barang bawaan, kami terlebih dahulu sarapan pagi di luar pintu bandara sebelum kami melanjutkan perjalanan ke pulau Samosir. Para pemilik mobil pribadi yang dijadikan taxi, menanyakan para penumpang yang baru keluar pesawat, termasuk kami. Sambil menikmati sarapan pagi, saya melihat para penumpang yang baru mendarat. Ternyata saya melihat seorang saudari yang pernah bertemu di sebuah kebaktian di Bogor. Dia juga ternyata akan menuju Ambarita di pulau Samosir, dan sudah menjadi penumpang sebuah taxi yang sedang menunggu penumpang-penumpang lain sebelum sang supir taxi memmutuskan untuk berangkat. Kami pun memutuskan untuk ikut taxi tersebut supaya cepat berangkat menuju Parapat, Danau Toba. Akhirnya setelah kami selesai sarapan dan memasukkan tas-tas bawaan ke dalam taxi, kami berangkat menuju Danau Toba. Ongkos taxi yang kami tunpangi adalah Rp. 60.000,- perorang. Kemudian sesampainya di penyebrangan kapal di danau Toba, yaitu Ajibata, kami naik kapal turis, kapal kayu yang bertingkat dua, dengan ongkos Rp. 5000 perorang. Selain Ajibata, ada juga tempat penyebrangan kapal untuk ke pulau Samosir, yaitu Tigaraja dan Prapat. Setibanya di Tomok, penyeberangan kapal di pulau Samosir, kami naik angkutan umum (Mitsubishi L300) ke Ambarita dengan ongkos Rp. 3000 perorang. Penyebrangan kapal di pulau Samosir, selain Tomok yaitu Ambarita, Onanrunggu, dan Pangururan yang bisa dikatakan sebagai ibukotanya pulau Samosir. Seperti biasanya, saya selalu mebgambil gambar bila melakukan perjalan ke luar kota Jakarta. Di bawah ini foto-foto perjalanan kami ke pulau Samosir. :)

Di pesawat bersama ibuku menuju Medan

Tempat perhimpunan Di Ambarita

Bersama ibuku dan sdra. Rogen Sinaga

Rumah Batak di pinggir jalan di daerah Ambarita

Di depan rumah opungku, dengan latar belakang rumah kerabat

Ibuku sedang membersihkan kuburan opungku.

Ibuku sedang menunjukkan plang nama Opung Bosi (kakek-ku)

Berfoto di depan rumah opungku bersama saudara sekampung

Ibuku berfoto dengan sesama boru Parna di Tomok

Bila Anda berkunjung ke provinsi Sumatera Utara, cobalah untuk tidak melewati kesempatan mengunjungi danau Toba yang merupakan danau terbesar di Indonesia, dan merupakan tujuan wisata bagi banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Anda akan menyesal bila tidak mengunjungi indahnya danau Toba yang mendunia itu. :)

Selamat mencoba, jangan buang sampah sembarangan, dan cintailah alam Indonesia.


Leave a Reply